Lompat ke konten

Kultum Bulan Rajab: Isra Mi’raj dan Salat

Isra Mi’raj dan Salat

“Maha suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS Al Isra: 1)

Setiap memasuki bulan Rajab, umat Islam antusias memperingati perjalanan monumental Rasulullah dari Mekkah ke Masjid Al-Aqsa di Palestina (Isra) dan naiknya beliau ke langit (Mi’raj) dalam rangka menerima risalah shalat lima waktu yang dilaksanakan umat Islam saat ini.

Pada masa sekarang, fenomena keagamaan memang semarak yang ditandai dengan antusiasnya masyarakat dalam mengikuti acara-acara yang berkaitan dengan agama, mulai dari tahajud bersama, zikir bersama, dan lainnya. Hanya saja, pada saat fenomena keagamaan itu meningkat, ada fenomena lain yang tidak kalah semaraknya, seperti semaraknya perjudian dan bentuk-bentuk kemaksiatan lainnya. Semestinya, ketika fenomena keagamaan tersebut menggeliat menurunkan fenomena kemaksiatan tersebut.

Memperhatikan hal itu, apakah karena pengaruh sekularisme atau karena kedangkalan pemahaman agama, saat ini sepertinya sudah berkembang opini bahwa agama hanya berkaitan dengan ibadah (salat, haji, zakat, puasa, dan lainnya) sedangkan di luar itu merupakan persoalan duniawi yang tidak ada kaitannya dengan agama. Opini tersebut jika tidak mendapatkan perhatian serius akan semakin memarjinalkan peran agama dalam lingkup rumah ibadah saja. Padahal, selaku umat Islam semestinya menghayati, firman Allah, “Sesungguhnya shalat (bisa) mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS Al-Ankabut: 45)

Untuk memberikan pemahaman mengenai bagaimana salat semestinya dilakukan oleh setiap muslim, perlu dimengerti tentang ada’ atau ta’diyah dan iqamah yang berarti menunaikan dan mendirikan.

Oleh sebab itu, berkaitan dengan pemenuhan kewajiban salat-di samping nash mereferensi penggunaan kata iqamah, ulama juga menggunakan kosa kata serupa dalam penjelasan mereka agar umat dalam melakukan salat itu tidak semata-mata memenuhi kewajiban, tapi sebagai kebutuhan untuk pencerahan jiwa.

Bukankah Allah telah berfirman, “Hanya dengan berzikir hati menjadi tenang?” Dan, salat sebagai bentuk zikir tertinggi semestinya berdampak kepada hal itu. Dalam rangka menuju kepada maksud tersebut. Hal ini sebagaimana dalam sebuah hadits nabi yang maksudnya bahwa salat bisa mendatangkan ketenangan jiwa dan membuka mata hati pelakunya. Karena itu maknailah salatmu!

Oleh sebab itu, kesemarakan peringatan Isra Mi’raj pada bulan Rajab ini, semestinya dijadikan evaluasi bagi setiap muslim dalam melaksanakan perintah salat. Apakah salat yang dilakukan berdampak kepada ketenangan jiwa dan mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Jika hal itu tidak dilakukan, kesemarakan peringatan Isra’ Mi’raj hanya akan melahirkan budaya konsumtif saja, Sedangkan shalat sebagai media pencerahan jiwa diabaikan.

Selengkapnya https://www.detik.com/hikmah/dakwah/d-7146762/3-contoh-kumpulan-kultum-singkat-bulan-rajab

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.