Khutbah

Khutbah Jumat: Nilai Ibadah Kurban

Khutbah Jumat Nilai Ibadah Kurban dan Kesalehan Sosial Seorang Muslim

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لله، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ الْفُرْقَانَ لِلْعَالَمِيْنَ بَشِيْرًا وَنَذَيِرًا، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ الَّذِيْ أَنْزَلَ عَلَيْنَا بِأَنْوَاعِ النِّعَمِ مِدْرَارًا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُطَهِّرُوْنَ اللهَ تَطْهِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ : وَذَرُوا ظَاهِرَ الْإِثْمِ وَبَاطِنَهُ إِنَّ الَّذِينَ يَكْسِبُونَ الْإِثْمَ سَيُجْزَوْنَ بِمَا كَانُوا يَقْتَرِفُونَ

Pada hari Jumat yang mulia ini, di bulan Dzulqa’dah saat jamaah haji dari berbagai penjuru bumi mulai menuju tanah suci, khatib berpesan kepada diri khatib pribadi, maupun kepada jamaah sekalian. Marilah kita bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dengan imtitsaalul awaamir, wajtinaabun nawahiih. Menjalankan segala perintah Allah sejauh batas maksimal kemampuan kita. Dan menjauhi segala larangan Allah tanpa terkecuali. Tak lupa pula shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan pengikut beliau hingga akhir zaman.

Maasyiral muslimin RahimakumuLlah.

Pada kesempatan khutbah ini, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an Surah Al-Kautsar [108] ayat 1-3, yang berbunyi:

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ (3)

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS. Al Kautsar [108] : 1-3).

Ibnul Jauzi Rahimahullah, dalam kitab Zaadul Masiir mengatakan, bahwa jumhur ulama termasuk Ibnu Abbas Radhiallahu anhu berpendapat bahwa surat ini adalah surat Makkiyah. Adapun Ibnu Katsir berkata, surat Al-Kautsar adalah surat Madaniyah.

Adapun munasabah dengan surat sebelumnya, Imam Al-Maragi menjelaskan, surah Al Ma’un berisi penjelasan tentang ciri-ciri orang yang tidak percaya kepada Dinul Islam, yaitu bersifat bakhil, berpaling dari melaksanakan shalat dengan benar, senantiasa berbuat riya’ dan tidak memberi pertolongan kepada yang membutuhkan.

Sedangkan dalam surah Al Kautsar ini, setelah Allah Ta’ala berikan berbagai kenikmatan, yang dikaruniakan kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam, kemudian Dia memerintahkan untuk melaksanakan shalat, berlaku ikhlas dalam beribadah dan membantu fakir miskin dengan melaksanakan kurban.

Menurut Ibnul Jauzi, kata Al-Kautsar memiliki beberapa makna diantaranya

1. Sungai di surga,

2. Kebaikan yang banyak yang diberikan kepada Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam.

3. Ilmu dan Al Qur’an, dan

4. Nubuwwah (kenabian).

Syaikh Musthofa Al ‘Adawy dalam tafsir Juz Amma, berkata, “Orang yang masih berada dalam fitrah yang selamat, tentu ketika diberi nikmat akan membalasnya dengan syukur”.

Adapun bentuk syukur yang diperintahkan dalam surah Al-Kautsar adalah dengan menegakkan shalat dan berqurban, sebagaimana firman-Nya: فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

Imam Qotadah berpendapat bahwa shalat di sini adalah shalat Idul ‘Adha. Adapun ‘nahar’ adalah penyembelihan kurban.

Melalui ayat ini Allah Ta’ala memerintahkan agar menjadikan shalat hanya karena Allah dan jangan ada niatan untuk yang selain-Nya. Begitu pula menjadikan sembelihan kurban ikhlas karena Allah.

Jangan seperti yang dilakukan oleh orang-orang musyrik. Mereka melakukan ibadah kepada berhala mereka dan melakukan penyembelihan untuk berhala tersebut.

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Terkait perintah memurnikan ibadah ini, Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam”. (QS. Al-An’am [6] : 162)

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Ibadah kurban yang kita laksanakan merupakan bagian dari dakwah kepada manusia dan syiar bagi umat Islam, sebagaimana firman-Nya:

وَٱلْبُدْنَ جَعَلْنَٰهَا لَكُم مِّن شَعَٰٓئِرِ ٱللَّهِ

“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi’ar Allah”. (QS. Al Hajj [22] : 36)

Berkurban adalah amalan yang paling dicintai Allah Ta’ala pada hari Idul Adha. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Hakim, Ibnu Majah dan Tirmidzi dari Sayidah Aisyah Radhiallahu anha, Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda;

مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَإِنَّهُ لَيَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَظْلاَفِهَا وَأَشْعَارِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا (رواه الترمذى)

“Tidaklah pada hari Nahr manusia beramal suatu amalan yang lebih dicintai oleh Allah dibanding mengalirkan darah dari hewan kurban. Ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku, rambut hewan kurban tersebut. Dan sungguh, darah tersebut akan sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban.” (HR At-Tirmidzi).

Bagi orang yang tidak berkurban saat memiliki kelapangan rezeki, maka mendapat ancaman serius sebagaimana disabdakan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ, فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا

“Barangsiapa yang mempunyai kelapangan rezeki (harta) tetapi tidak mau berkurban maka jangan sekali-kali mendekati tempat sholat kami.” (HR Ahmad)

Maka, untuk mencegah diri agar tidak terjangkit sifat bakhil, serta semakin menambah rasa cinta dan kedekatan kepada Allah, mari kita memenuhi perintah Allah Ta’ala dan rasul-Nya, dengan menunaikan ibadah qurban.

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Islam adalah agama yang menyeimbangkan antara hubungan manusia dengan Allah dan hubungan antara sesama manusia. Pada ayat kedua surat ini setelah Allah memerintahkan shalat, Allah juga memerintahkan untuk melaksanakan kurban.

Ini adalah bukti bahwa Islam sebagai agama rahmatan lil alamin, senantiasa menebarkan nilai-nilai kebajikan kepada semua manusia, tidak memandang agama, suku, ras dan budaya. Islam juga tidak hanya mengatur kesalehan spiritual bagaimana hubungan seorang hamba dengan Tuhan, akan tetapi juga mengatur kesalehan sosial, yakni hubungan antar sesama manusia.

Melaksanakan ibadah spiritual tanpa mempertimbangkan ibadah sosial, membuat orang akan merugi. Sedangkan melaksanakan ibadah sosial tanpa dibarengi ibadah spiritual, maka hal tersebut menjadi sia-sia belaka.

Maka dari itu, antara kedua ibadah tersebut harus dilaksanakan dengan seimbang, selaras, tidak boleh hanya mengedepankan salah satunya saja.

Ibadah kurban bukan hanya soal ibadah spiritual saja, akan tetapi lebih dari itu, ada pesan-pesan sosial, kepedulian dan rasa kemanusiaan yang harus ditanamkan. Seorang Muslim haruslah peduli kepada lingkungan sekitar, berempati kepada saudara-saudaranya yang membutuhkan, menderita, terjajah dan teraniaya, serta semaksimal mungkin memberi bantuan dan petolongan.

Kriteria kesalehan seseorang diukur dari perilaku sosialnya, yakni kasih sayang, cinta kasih, kesantunan, serta gemar memberi dan membantu sesama manusia.

Oleh karenanya, umat Islam boleh membagikan daging kurban kepada non-Muslim yang membutuhkan. Dengan demikian, mereka akan mengetahui bahwa Islam agama penuh kasih sayang. Islam adalah agama yang memberi rahmat bagi seluruh alam.

Sebagaimana dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan para sahabatnya, mereka menyentuh hati orang-orang yang belum Islam saat itu dengan keluhuran budi pekerti, keindahan akhlak dan memberi bantuan kepada mereka yang membutuhkan.

Semoga para Ikhwan, kaum Muslimin semua mampu melaksanakan syariat kurban ini sebagai bentuk ketundukan, kepatuhan dan kecintaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan syiar Islam semakin dirasakan oleh masyarakat semuanya. Aamiin ya Rabbal Alamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى مُحَمّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ الْمُجَاهِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ, اَللّٰهُمَّ وَحِّدْ صُفُوفَهُمْ وَاجْمَعْ كَلِمَتَهُمْ وَسَوِّصُفُوْفَهُمْ وَوَحِّدْ اَرَاأَهُمْ بِفَضْلِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ .اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً ، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ لخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Ade Munaa

Worked as an IT engineer in several companies and became a freelance software developer. More than 20 years of experience creating and managing sites in various software languages.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button