1. Doa dalam perjalanan.
اَللّٰهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِعَنَّابُعْدَهُ اَللّٰهُمَّ اَنْتَ الصَّاحِبُ فِى السَّفَرِوَالْخَلِيْفَةُفِى الْاَهْلِ
Allahumma hawwin ‘alainaa safaranaa hadzaa waatwi ‘annaa bu’dahu. Allahumma antashookhibu fiissafari walkholiifatu fiil ahli
2. Doa keluar rumah.
بِسْمِاللَّهِتَوَكَّلْتُعَلَىاللَّهِوَلاحَوْلَوَلاقُوَّةَإِلاَّبِاللَّه
Bismillahi, tawakkaltu ’alallah, laa haula wa laa quwwata illaa billaah
atau,
بِسْمِاللَّهِتَوَكَّلْتُعَلَىاللَّهِ،اللَّهُمَّإِنِّيْأَعُوْذُبِكَأَنْأَضِلَّأَوْأُضَلَّ،أَوْأَزِلَّأَوْأُزَلَّ،أَوْأَظْلِمَأَوْأُظْلَمَ،أَوْأَجْهَلَأَوْيُجْهَلَعَليَّ
Bismillâhi tawakkaltu ‘alallâhi, allâhumma innî a‘ûdzu bika an adlilla au udlalla, au azilla au uzalla, au adhlima au udhlama, au ajhala au yujhala ‘alayya.
3. Doa selamat naik kendaraan.
سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلبُونَ
Alhamdulillahil ladzi sakhkhoro lana hadza wa ma kunna lahu muqrinina wa inna ila rabbina lamunqalibun.
4. Doa istirahat di perjalanan.
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
A’udzu bi kalimaatillahit taammaati min syarri maa khalaq.
5. Doa selamat di perjalanan.
سُبْحَانَ الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِى سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِى السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِى الأَهْلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِى الْمَالِ وَالأَهْلِ
Subhanal ladzi sakhora lana hadza wa ma kunna lahu muqrinina wa inna ila ila rabbana la munqalibun. Allahumma inna nas aluka fi safarna hadzal birra wat taqwa wa minal ‘amali ma tardla. Allahumma hawwin ‘alaina safarana hadza wa’thu ‘anna bu’dahu. Allahumma antash shokhibu fis safari wal kholifatu fil ahli. Allahumma inni a’udzubika min wa’tsais safari wa kabatil mundhori wa suil munqolabi fil mali wal ahli.
6. Doa memasuki sebuah wilayah.
اَللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَمَا أَظْلَلْنَ، وَرَبَّ اْلأَرَضِيْنَ السَّبْعِ وَمَا أَقْلَلْنَ، وَرَبَّ الشَّيَاطِيْنَ وَمَا أَضْلَلْنَ، وَرَبَّ الرِّيَاحِ وَمَا ذَرَيْنَ. أَسْأَلُكَ خَيْرَ هَذِهِ الْقَرْيَةِ وَخَيْرَ أَهْلِهَا، وَخَيْرَ مَا فِيْهَا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ أَهْلِهَا وَشَرِّ مَا فِيْهَا
Allahumma robbissamawaatis sab’i wa maa adhlalna, wa robbal arodhiinis sab’i wa maa aqlalna, warobbasy-syayaathiini, wa maa adhlalna warobbarriyaahi wa maa dharoy na fa inna nas-aluka khaira hadzihi qoryati wakhoyro ahliha, wana’uudzubika min syarrihaa wa syarri ahlihaa wa syarri maa fii haa.
7. Doa setelah sampai di tujuan.
Mengucapkan doa saat sampai di tujuan adalah bentuk rasa syukur kepada Allah karena telah diberikan keselamatan, berikut doa yang harus dipanjatkan.
“Allaahumma innii as aluka lhairohaa wakhairo ahlihaa wakhairo maa fiihaa wa a’uudzubika min syarrihaa wa syaarri alaika wa syarri maa fiihaa.”
Artinya:
“Ya Allah, saya mohon kepada-Mu kebaikan negeri ini dan kebaikan penduduknya serta kebaikan yang ada di dalamnya. Saya berlindung kepada-Mu dari kejahatan negeri ini dan kejahatan penduduknya serta kejahatan yang ada di dalamnya.”
Pada saat zaman Rasulullah, melakukan perjalanan atau safar adalah hal yang normal terjadi. Dalam Islam, mengajarkan adab ketika melakukan perjalanan jauh. Berikut ini adab saat melakukan perjalan jauh.
1. Pamit sebelum berangkat.
Dari Ibnu Umar radhiallahu’anhu, beliau berkata:
“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berpamitan kepada kami (sebelum safar) kemudian membaca doa: astaudi’ullah diinaka wa amaanataka wa khowaatima amalika (aku titipkan kepada Allah, agamamu, amanatnya, dan penutup amalanmu)”. (HR. Ahmad, 6/242, Abu Daud no. 2600, At Tirmidzi no. 3443, dishahihkan oleh Ahmad Syakir dalam Takhrij Musnad Ahmad).
2. Memperbanyak doa.
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda:
“Ada tiga doa yang pasti dikabulkan dan tidak ada keraguan lagi tentangnya: doanya seorang yang dizalimi, doanya musafir, doa buruk orang tua terhadap anaknya’” (HR. Ahmad 2/434, Abu Daud no. 1536. Dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah).
3. Melakukan perjalan bersama teman.
Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“orang yang berkendaraan sendirian adalah setan, orang yang berkendaraan berdua adalah dua setan, orang yang berkendaraan bertiga maka itulah orang yang berkendaraan yang benar.” (HR. Malik dalam Al Muwatha, Abu Daud no.2607, dan At Tirmidzi no. 1674, dihasankan Al Albani dalam Shahih Abu Daud)
4. Boleh menjamak sholat.
Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu’anhu beliau mengatakan:
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjamak sholat Zuhur dan salat Asar, dan menjamak salat Magrib dan Isya, di Madinah padahal tidak sedang dalam ketakutan dan tidak hujan” (HR. Muslim no. 705).
Selain itu, Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan:
“Orang yang safar dibolehkan menjamak sholat Zuhur dan Asar, salat Magrib dan Isya, namun meninggalkannya itu lebih utama, jika ia singgah di suatu tempat dan tidak ada kesulitan, maka meninggalkan jamak itu lebih utama”.
5. Baca doa sebelum keluar rumah.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Apabila seseorang keluar dari rumahnya kemudian dia membaca doa: bismillaahi tawakkaltu ‘alallahi laa haula walaa quwwata illaa billah (dengan menyebut nama Allah, yang tidak ada daya tidak ada kekuatan kecuali atas izin Allah), maka dikatakan kepadanya, ‘Kamu akan diberi petunjuk, kamu akan dicukupi kebutuhannya, dan kamu akan dilindungi’. Seketika itu setan-setan pun menjauh darinya. Lalu salah satu setan berkata kepada temannya, ’Bagaimana mungkin kalian bisa mengganggu orang yang telah diberi petunjuk, di cukupi, dan dilindungi (oleh Allah)’” (HR. Abu Daud no. 5095, At Tirmidzi no. 3426; shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Abu Daud).
6. Sunnah melakukan perjalanan pada malam hari.
“Hendaklah kalian melakukan perjalan pada malam hari, karena bumi itu dilipat pada waktu malam.” (Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Abu Dawud: 2571).
7. Segera pulang setelah keperluan safar selesai.
Abu Nu’aim berkata: telah menceritakan kepada kami Malik dari Sumayy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda:
“Safar itu separuh dari siksaan, (karena) seseorang dari kalian akan terhalang untuk tidur dan makan. Jika telah selesai dari keperluannya, hendaklah ia segera kembali pada keluarganya.”